Wisata Makam Sunan Gunung Jati

Wisata Makam Sunan Gunung Jati

Wisata Makam Sunan Gunung Jati

 

Kota Cirebon terkenal memiliki wisata budaya berupa keraton, wisata ziarah, kesenian tari topeng, musik tarling, dan batik trusmi. Telusurilah kota Cirebon dan nikmati wisata masa lalu sambil menapaki sejarah, mitos, legenda, dan budayanya dari kota yang dulunya disebut dengan nama Caruban Larang.

Cirebon memiliki sejarah yang panjang dengan keberadaan tiga keratonnya. Keraton tersebut memiliki peranan penting sebagai salah seorang pusat penyebaran Islam di Nusantara abad 15 yang di pimpin seorang ulama ternama bernama Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, lahir tahun 1450, ada juga yang mengatakan lahir tahun 1448. Ia adalah salah satu dari ulama besar di Nusantara dan termasuk salah satu dari Walisongo di Pulau Jawa. Tokoh ini dianggap ulama utama yang menyebarkan Islam di Jawa bagian barat. Sunan Gunung Jati berperan sebagai pemimpin spriritual, sufi, mubalig, ulama, bahkan sekaligus sebagai sultan pertama Kesultanan Cirebon yang semula bernama Keraton Pakungwati. Sunan Gunung Jati wafat tahun 1568 pada usia 120 tahun.

#Transportasi

Untuk mengunjungi kompleks makam Sunan Gunung Jati, lokasinya tidak jauh dari kota Cirebon. Berada di kompleks makam Astana Gunung Jati, letaknya di Desa Astana, Kecamatan Cirebon Utara, tepat di pinggir jalan raya Cirebon - Indramayu. Dari kota Cirebon berjarak sekitar 5 km atau sekitar 10 menit. Jalan masuknya dapat dilalui mobil dan tersedia lahan parkir.

Menuju makam Sunan Gunung Jati Anda akan melintasi jalan setapak berkelok, berpapasan dengan banyak pengemis dan rumah penduduk yang cukup rapat serta masjid yang merupakan bagian dari kompleks makam.

Batas wilayah kompleks makam di sebelah utara adalah Desa Kalisapu, sebelah timur persawahan, sebelah selatan Desa Jatimerta, dan sebelah barat jalan raya. Lingkungan pada kompleks makam adalah hutan jati yang disebut Alas Konda. Luas wilayah kompleks makam ini adalah sekitar 36.350 Ha yang terdiri dari 23,010 ha tanah desa dan 13,340 ha tanah keraton. Temukan lokasinya pada koordinat 06? 40' 256" Lintang Selatan dan 108? 33' 563" Bujur Timur.

#Kegiatan

Peziarah umum diharuskan masuk melalui gapura sebelah timur dan langsung masuk pintu serambi melewati juru kunci yang bertugas. Setelah diizinkan maka peziarah umum dapat menuju ke pintu barat yaitu ruang depan Pintu Pasujudan.

Aroma dupa tercium saat Anda menapaki pintu gerbangnya. Sebelumnya Anda diwajibkan untuk melepas alas kaki dan mengisi buku tamu serta memberi sumbangan secara sukarela kepada pengurus makam.

Kompleks Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung memiliki 9 pintu utama atau disebut Lawang Sanga. Ada 9 pintu yang terdapat dalam Makam Sunan Gunung Jati, yaitu: 1) Pintu Gapura, 2) Pintu Krapyak, 3) Pintu Pasujudan, 4) Pintu Ratnakomala, 5) Pintu Jinem, 6) Pintu Rararoga, 7) Pintu Kaca, 8) Pintu Bacem, serta 9) Pintu Teratai. Pusat kompleks Makam Sunan Gunung Jati berada setelah pintu ke-9 yang berlokasi di Puncak Gunung Sembung dan tingginya mencapai 20 meter.

Peziarah umum hanya diizinkan sampai pintu ke-4 yang terletak di serambi muka Pesambangan. Serambi muka dibatasi Lawang Gedhe yaitu pintu pembatas bagi peziarah umum. Di batas pintu serambi muka ini sewaktu-waktu dibuka namun tetap dijaga selang beberapa menit. Dari pintu yang diberi nama Selamat Tangkep itu terlihat puluhan anak tangga menuju Makam Sunan Gunung Jati.

Pintu ke-5 sampai ke-9 hanya diperuntukkan bagi keturunan Sunan Gunung Jati, yakni para sultan dan kerabatnya di Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan, serta juru kunci. Selain dari orang-orang tersebut tidak ada yang diperkenankan untuk memasuki makam Sunan Gunung Jati. Salah satu alasannya adalah banyaknya benda-benda berharga yang perlu dijaga seperti keramik-keramik atau benda-benda porselen lainnya yang menempel di tembok-tembok serta guci-guci yang dipajang sepanjang jalan makam. Keramik-keramik ini masih sangat baik kondisinya dengan warna dan ornamen menarik, sehingga dikhawatirkan apabila pengunjung bebas keluar-masuk maka barang-barang itu ada kemungkinan hilang atau rusak.

Di sekitar makam Sunan Gunung Djati terdapat pasir malela yang dibawa langsung dari Mekkah oleh Pangeran Cakrabuana. Pasir ini tidak diperbolehkan dibawa keluar dari kompleks pemakaman. Juru Kunci sendiri diharuskan membersihkan kakinya sebelum dan sesudah dari makam agar tidak ada pasir yang terbawa keluar. Pelarangan ini sesuai dengan amanat dari Pangeran Cakrabuana sendiri.

Selain mengunjungi makam Sunan Gunung Jati ada juga makam istrinya yaitu Putri Ong Tien Nio yang berasal dari negeri Tiongkok. Oleh karena itu, tidak mengherankan yang berziarah ke sini juga ada yang datang dari Tiongkok. Terdapat banyak keramik menempel di dinding dengan beragam ornamen unik seperti burung, orang Tionghoa, dan bunga-bunga. Keramik-keramik indah ini dibawa Putri Ong Tien Nio langsung dari Tiongkok.

Di dalam kompleks makam Sunan Gunung Jati terdapat kompleks makam warga Tionghoa di bagian barat serambi muka, dibatasi oleh pintu yang bernama Pintu Mergu. Lokasinya terpisah agar peziarah dari warga Tionghoa tidak akan terganggu saat ritual ziarah pengunjung makam.

Berjalanlah menuju pelataran parkir, Anda akan melihat dua buah bangunan. Bangunan pertama berisi Balemangu Pajajaran, sebuah bale-bale pemberian dari Sri Baduga Maharaja, raja Pajajaran yang juga kakek Sunan Gunung Jati atau ayah dari ibu Sunan Gunung Jati, Nyi Rara Santang dan Kian Santang atau Pangeran Cakrabuwana. Bangunan kedua berisi Balemangu Majapahit, sebuah bale-bale berundak-undak yang merupakan hadiah dari kesultanan Demak atas keberhasilan Syarif Hidayatullah mendirikan kesultanan di wilayah Cirebon yang sebelumnya diberi nama Keraton Pakungwati. Di Balemangu Majapahit inilah Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1450 dan kemudian dinobatkan sebagai sultan pertama.

Ada juga beberapa sumur di sekitar bangunan masjid, yaitu Sumur Kemulyaan, Sumur Djati, Sumur Kanoman, dan Sumur Kasepuhan. Sumur Kamulyaan yang berada di sekitar masjid ini memerlukan izin terlebih dahulu apabila Anda ingin memanfaatkan airnya. Ada lagi legenda para wali yang berhubungan dengan Sumur Jalatunda yang berasal dari jala yang ditinggalkan Sunan Kalijaga saat dirinya diperintahkan mencari sumber mata air untuk ber-wudhu para wali. Sumur Jalatunda ini dikenal sebagai air zam-zam-nya Cirebon.

Secara khusus Anda dapat menyaksikan ritual membersihkan Makam Sunan Gunung Jati yang dilakukan tiga kali seminggu (hari Senin, Kamis dan Jumat). Dalam kegiatan ini ada rangkaian bunga segar yang disiapkan juru kunci yang bertugas. Penggantian bunga dilakukan setiap hari Senin dan Kamis dimana petugas akan masuk dari pintu yang disebut dapur Pesambangan, sedangkan pada hari Jumat petugas akan masuk dari pintu tempat masuknya peziarah saat siang hari. Petugas Makam Sunan Gunung Jati berjumlah 108 orang, terbagi dalam 9 kelompok, masing-masing 12 orang yang berjaga secara bergiliran selama 15 hari. Kelompok ini diketuai seorang Bekel Sepuh dan Bekel Anom. Seluruh petugas makam termasuk para Bekel dipimpin oleh seorang Jeneng yang diangkat oleh sultan.

Ada riwayat di balik jumlah 108 petugas ini, yaitu berawal saat Sunan Gunung Jati di Kraton Pakungwati menangkap perahu yang terdampar dengan seluruh penumpang berjumlah 108 orang seluruhnya berasal dari Keling (Kalingga) dan berada di bawah pimpinan Adipati Keling. Orang-orang Keling ini kemudian menyerahkan diri dan mengabdi kepada Sunan Gunung Jati dan dipercaya untuk menetap dan menjaga daerah sekitar pemakaman sampai ke anak cucu. Sebagian masyarakat yang bermukim di sekitar kompleks makam adalah keturunan orang-orang Keling tersebut. Oleh karena itu, ke-12 orang yang bertugas tersebut mengemban tugas sesuai dengan jenjangnya sebagai awak perahu nelayan seperti juru mudi, pejangkaran dan lain sebagainya.

Ada juga Masjid Sang Saka Ratu atau Dok Jumeneng yang dulunya digunakan orang-orang Keling tersebut. Di dalam masjid Anda dapat melihat Al-Quran yang berusia ratusan tahun dan dibuat dengan tulisan tangan. Masjid ini memiliki 12 orang yang pengangkatannya melalui prosedur kesultanan dengan tradisi lama yang masih dijalankan. Ke-12 orang tersebut terdiri dari 5 orang pemelihara, 4 orang muadzin, 3 orang khotib ditambah seorang penghulu atau imam. Kecuali penghulu mereka bertugas secara bergilir setiap minggu dengan formasi 1 orang pemelihara, 1 orang Muadzin dan 1 orang Khotib.

#Kuliner

Banyak sekali kuliner khas yang bisa Anda temui dari sederet daftar masakan khas Kota Cirebon yang umumnya bercita rasa asin dan pedas. Berikut ini beberapa informasi kuliner khas Cirebon yang sayang untuk Anda lewatkan kelezatannya.

Tahu Gejrot, berupa tahu yang di potong kecil-kecil ditaruh di atas piring kecil dari tanah liat kemudian disajikan dengan bumbu gula merah, cabai serta bawang merah dan bawang putih yang diulek. Dinamakan tahu gejrot sebab bumbu cair yang digunakan sebagai penyedap dialirkan lewat botol dengan cara diguncangkan dan berbunyi "gejrot" berulang kali. Jenis tahu yang digunakan sejenis tahu Sumedang tapi isinya lebih sedikit sehingga terlihat kosong. Cara menyantapnya cukup unik yaitu ditusuk dengan biting (potongan lidi). Pedagang tahu gejrot ini biasanya dipikul atau menggunakan tampah yang diusung di atas kepala penjual wanita. Tahu Gejrot yang cukup terkenal dapat Anda temukan di Jalan Lemah Wungkuk dekat Pasar Kanoman. Di sini disediakan juga paket kemasan dengan bumbu dipisah.

Sega Jamblang, atau nasi jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat kota Cirebon yang merupakan tempat asal pedagang makanan tersebut. Sega Jamblang awalnya diperuntukan bagi pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa Kasugengan. Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun jati sebagai bungkus nasi, tujuannya agar tahan lama dan tetap terasa pulen. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu yang lama. Penyajian Nasi Jamblang bersifat prasmanan menggunakan meja rendah yang dikelilingi bangku panjang untuk duduk pembeli. Makanan ini menggunakan wadah-wadah yang masih tradisional. Aneka pilihan antara lain sambal goreng, paru, semur hati, perkedel, sate kentang, telur, ikan asin, tahu dan tempe, otak goreng dan sambel cabe merah, tidak ketinggalan blakutak, sejenis cumi-cumi yang dimasak bersama cairan hitamnya. Nasi Jamblang ini dapat Anda temukan di Nasi Jamblang Mang Dul, berlokasi di Gunung Sari dekat lampu merah ke arah Jalan Tuparev.

Docang, merupakan perpaduan lontong, daun singkong, tauge, dan krupuk yang diberi kuah bumbu oncom atau biasa juga disebut dage yaitu semacam tempe gembos yang telah dihancurkan serta di atasnya diberi parutan kelapa muda. Rasanya cukup unik khas kuah oncom, nikmat apabila disajikan dalam keadaan panas.

Nasi Lengko, adalah makanan khas berupa nasi putih yang panas, tempe goreng, tahu goreng, mentimun segar yang telah dicacah, tauge rebus, irisan daun kucai, bawang goreng, bumbu kacang, kemudian diberi kecap manis dan disiramkan ke atas semua bahan. Lebih enak lagi dimakan ditemani krupuk aci putih. Untuk menambah selera makan, bisa juga disajikan dengan 5 atau 10 tusuk sate kambing. Makanan sederhana ini sarat protein dan rendah kalori. Temukan di Jalan Pagongan, Warung milik H. Barno.

Bubur Sop, merupakan kombinasi dari bubur ayam dan Sayur Sop. Bubur ini disajikan di atas mangkuk diberi bumbu dengan isi berupa kol, daun bawang, dan tauco yang dituangi kuah sop dari kaldu sapi serta ditaburi suwiran ayam serta kerupuk. Kelezatan Bubur Sop bisa Anda nikmati di Bubur Sop Mang Ipin lokasinya di Jalan Raya Plumbon-Sumber Km 1.

Sate Kalong, sate ini bukanlah jenis sate yang menggunakan bahan utama daging kelelawar (kalong, bahasa Indonesianya kelelawar). Sate ini justru menggunakan daging kerbau. Disebut sate kalong hanya sebagai istilah karena berjualan sampai malam hari. Cara berjualan sate ini menggunakan pikulan dan penjualnya menggunakan bebunyian semacam krincingan (klonongan yang sering dipasang di leher kerbau) untuk memanggil pembelinya. Cara penyajian daging kerbau yang sudah diolah dengan bumbu kemudian di tusuk dengan sujen. Ada dua macam rasa, yaitu manis dan asin. Sate Kalong yang nikmat bisa Anda coba di Lemah Wungkuk dekat Toko Manisan Shinta jam 16:00 sampai jam 19:00 karena lewat dari jam tersebut Anda dipastikan akan kehabisan.

Mie Koclok, disajikan dengan tauge, kol, suwiran daging ayam, telor, lalu disiram dengan kuah santan. Makanan ini sangat nikmat disajikan panas-panas. Disebut mie koclok karena sebelum disajikan, mienya direndam dulu di air panas melalui tangkai saringan, setelah beberapa menit diangkat dan dikoclok-koclok agar airnya jatuh. Mie koclok yang cukup terkenal ada di kedai di Lawanggada yaitu Mie Koclok Lawang Gada.

Empal Gentong, mirip gulai dan dimasak dengan cara tradisional di dalam gentong atau periuk tanah liat menggunakan kayu bakar pohon mangga. Empal gentong berasal dari Desa Batembat, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon. Dinamakan empal gentong karena cara memasaknya khas menggunakan gentong. Isinya empal yang terdiri dari potongan-potongan daging seperti usus, babat, dan daging sapi. Makanan ini berkuah kental dan bersantan serta dipenuhi daging dan ditaburi irisan daun kucai. Rasanya sungguh lezat ditemani nasi ataupun lontong. Sambal empal gentong juga sangat unik berupa saripati cabai merah kering yang ditumbuk halus dengan rasa yang cukup pedas. Empal gentong yang cukup terkenal adalah Empal Gentong Mang Darma lokasinya di Jalan Slamet Riyadi.

#Akomodasi

Di Cirebon anda akan menemukan banyak jenis penginapan baik itu berupa homestay, hotel bintang dan non bintang.

#Berbelanja

Berjalan menuju pelataran parkir Makam Sunan Gunung Jati, berjajar kios-kios sederhana menjajakan berbagai jenis barang yang biasa digunakan untuk ziarah kubur.

Dapatkan juga oleh-oleh khas Cirebon berupa kerupuk udang, terasi, kecap sampai abon yang terbuat dari udang maupun ikan asin. Oleh-oleh khas lainnya adalah krupuk mlarat dengan bentuk seperti tali rafia yang ruwet dengan beragam warna, merah muda, kuning, putih, dan hijau. Krupuk mlarat ini digoreng tidak memakai minyak goreng tetapi menggunakan pasir yang sudah dibersihkan terlebih dahulu melalui proses pengeringan dan penyaringan dengan cara diayak.

Ada juga minuman khas Cirebon yaitu Sirop Tjap Boeah Tjampolay. Sirop ini berbahan alami gula asli, bukan pemanis buatan. Dikemas dalam botol dengan aneka rasa yaitu jeruk nipis, asem, nanas, dan yang paling enak adalah rasa pisang susu. Warna sirupnya juga khas merah, kuning dan hijau. Label botolnya cukup unik yaitu gambar khas buah Tjampolay Kembar yang digambar tangan.

Apabila Anda mengincar batik Cirebon maka kunjungi Desa Trusmi, jaraknya sekitar 5 km dari pusat kota Cirebon. Selain aneka batik, disini Anda juga bisa berburu kerajinan tangan seperti topeng khas Cirebon.

#Tips

Ada banyak peminta-minta saat Anda berziarah, jadi berhati-hati dan tetap sopan kepada mereka. Peminta-minta ini kadang sudah berbaris panjang dari parkiran sampai ke pintu gerbang peziarah. Mereka akan bergerombol berdatangan tidak hanya orang dewasa, melainkan anak-anak bahkan orang tua renta. Saat mereka sesekali menarik-narik baju Anda maka tetaplah tenang dan lebih baik melontarkan senyuman ramah. Macam-macam alasan yang digunakan untuk meminta mulai dari donasi untuk pemeliharaan makam hingga sumbangan sebagai 'pembuka pintu.

Udara kota Cirebon cukup panas, jadi untuk kenyamanan Anda bawalah topi, kacamata, atau payung. Pastikan juga Anda mengenakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat.

 

PESAN / CARI TAKSI
di Surakarta (Solo) & Sekitarnya
Hubungi : KOSTI TAKSI SOLO
Phone : 0271-856300, 0815-6780-7777, 0813-9090-2900
WhatsApp : 0822-6417-9700
Pengaduan : 0271-857858
Info Tarif Kosti Tujuan Luar Kota / Daerah
Info Tarif Khusus penjemputan dari Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Solo-Surakarta

Jika ada pertanyaan tambahan atau anda butuh bantuan lebih lanjut, silahkan hubungi tim teknis kami.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar