Candi Cangkuang adalah satu-satunya candi Hindu di Jawa Barat yang berhasil dipugar hingga saat ini. Candi ini terletak di Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Lokasinya di ketinggian 700 m di atas permukaan air laut melewati keindahan sawah menghijau dan 4 gunung besar di Jawa Barat, yaitu Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung Mandalawangi, dan Gunung Guntur. Pemerintah daerah Kabupaten Garut menjadikan daerah ini sebagai obyek wisata budaya dan wisata alam.
PESAN / CARI TAKSI Jika ada pertanyaan tambahan atau anda butuh bantuan lebih lanjut, silahkan hubungi tim teknis kami.
Candi Cangkuang berdiri di daratan mirip pulau kecil di tengah danau bernama Situ Cangkuang, jadi Anda perlu menggunakan rakit untuk mencapainya. Di dataran ini juga Anda akan melihat pemukiman adat Kampung Pulo dan makam Embah Arief Muhammad. Embah Dalem Arief Muhammad adalah leluhur Kampung Pulo dimana awalnya adalah utusan Kerajaan Mataram yang ditugasi menyerang VOC di Batavia. Akan tetapi, penyerangan tersebut gagal, karena malu dan takut untuk kembali melapor ke Mataram maka ia dan pengikutnya memilih berdiam di Desa Cangkuang dan menyebarkan agama Islam di sini.
#Transportasi
Desa Cangkuang terletak di sebelah utara Kabupaten Garut tepatnya di Kecamatan Leles, sekitar 17 km dari Garut atau 46 km dari Bandung. Untuk menuju situs Cangkuang dari arah Bandung, Anda bisa menggunakan kendaran pribadi atau umum. Dari arah Bandung menuju Garut Anda akan melalui Kecamatan Leles hingga ditunjukan marka yang sangat jelas menunjukkan posisi Candi Cangkuang. Masuk ke dalamnya sejauh 3 km dengan jalan beraspal yang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun empat, ataupun delman. Apabila ditempuh dengan jalan kaki memerlukan waktu kurang lebih 30 menit.
#Kegiatan
Pagi hari adalah waktu yang tepat dan lebih indah menikmati candi ini ditemani kabut pagi menyembul di antara pohon-pohon besar sekitar candi. Untuk mencapai Candi Cangkuang Anda akan menyeberangi danau berjarak sekitar 500 meter dari tempat gerbang masuk. Rakit dari bambu siap mengantarkan Anda dengan ongkos tarifnya Rp 3.000,00 per orang atau Rp 50.000.00 per rakit besar berisi maksimalnya 25 orang. Danau kecil ini dihiasi bunga teratai dan eceng gondok. Berfotolah di sini karena pemandangan alamnya sungguh luar biasa seakan kembali ke zaman dahulu.
Sekitar 10 menit berada di atas rakit maka sampailah di Daratan Pulau Panjang tempat Candi Cangkuang bediri sekaligus Kampung Adat Pulo. Pulau ini adalah daratan kecil berbentuk memanjang dan membujur dari arah Barat ke Timur berukuran 16,5 hektar. Ada juga pulau lain yang letaknya di sebelah selatan dan tenggaranya. Kedua pulau ini berukuran lebih kecil dan berbentuk agak bulat. Di sekeliling pulau kecil ini merupakan daratan rawa yang berair. Di daratan Pulau Panjang Anda akan mendapatkan suasana pedesaan yang terasa tenang dan damai. Memasuki areal candi akan dikenakan biaya restribusi untuk pemeliharaan candi tersebut.
##Menikmati Struktur Bangunan Candi Cangkuang
Candi Cangkuang merupakan salah satu bangunan suci yang dibangun ideal sesuai dengan konsep tata ruang Hindu. Candi ini diumpamakan sebagai Gunung Meru yang berdiri megah di tengah-tengah samudera dan dikelilingi oleh rangkaian pegunungan.
Anda juga dapat melihat arca dengan posisi sedang bersila di atas padmasana ganda. Kaki kiri menyilang datar yang alasnya menghadap ke sebelah dalam paha kanan. Kaki kanan menghadap ke bawah beralaskan lapik. Di depan kaki kiri terdapat kepala lembu nandi yang telinganya mengarah ke depan. Kedua tangannya menengadah di atas paha. Pada tubuhnya terdapat penghias perut, penghias dada dan penghias telinga. Keadaan arca ini sudah rusak, wajahnya datar, bagian tangan hingga kedua pergelangannya telah hilang. Lebar wajah 8 cm, lebar pundak 18 cm, lebar pinggang 9 cm, padamasana 38 cm (tingginya 14 cm), lapik 37 cm dan 45 cm (tinggi 6 cm dan 19 cm), tinggi 41 cm.
Candi Cangkuang sekilas mirip kelompok candi di Dieng (Candi Puntadewa) dan Gedongsongo (Candi II). Bentuk bagian kaki, badan, dan atap mempunyai kesamaan. Demikian juga pintu masuknya mempunyai penampil. Atapnya terdiri dari tiga tingkat dan masing-masing tingkat terdapat hiasan mercu dan hiasan. Bedanya pada candi di Jawa Tengah mempunyai hiasan yang diukir dengan hiasan sulur daun, sementara pada Candi Cangkuang polos. Selain itu hiasan pada pintu masuk candi di Jawa Tengah adalah hiasan kala dan makara, sedangkan pada Candi Cangkuang tidak memiliki hiasan.
##Kampung Pulo
Ada keistimewaan dari daerah ini yaitu kampung Pulo dengan aturan rumah adat yang masih dipertahankan. Di kampung ini terdapat 7 rumah yang diperuntukan keturunan Embah Dalem yang terdiri dari 6 wanita dan 1 pria. 7 rumah tersebut yaitu 6 rumah berjajar berhadapan 3 sebelah kiri dan 3 sebelah kanan dan 1 masjid (rumah anak laki-laki). Jumlah rumah tidak boleh ditambahkan dan 6 rumah yang ada tidak boleh terdiri lebih dari 6 kepala keluarga sehingga ketika ada yang menikah, anak tersebut harus keluar. Sesuai aturan rumah-rumah tersebut dimiliki oleh pihak wanita dan bukan pria. Aturan kampung lainnya antara lain tidak boleh memukul gong dan tidak boleh memelihara ternak berkaki empat. Penduduk Kampung Pulo meski menganut agama Islam tetapi sebagian kepercayaan lamanya masih dilaksanakan, contohnya hari Rabu menjadi hari besar bagi mereka dan bukan saja hari Jumat.
##Makam Embah Dalem Arief Muhammad
Makam Embah Dalem Arief Muhammad berada di sebelah selatan Candi Cangkuang. Embah Dalem Arief Muhammad berasal dari kerajaan Mataram yang ditugasi menyerang VOC di Batavia. Akan tetapi, penyerangan tersebut gagal. Karena malu dan takut untuk kembali melapor ke Mataram maka ia dan pengikutnya memilih berdiam di Desa Cangkuang dan menyebarkan agama Islam di sini.
#Kuliner
Selain dodol dan jeruk garut, Anda dapat menemukan beragam makanan khas Garut di daerah asalnya dan sebagian lainnya juga ada di banyak toko oleh-oleh yang tersebar hampir di setiap sudut kota Garut.
Salah satu tempat jajanan masyarakat yang terbesar di kota Garut adalah Pasar Ceplak. Tempat ini adalah bagian dari denyut keramaian malam di Garut. Pasar Ceplak buka setelah Ashar sekitar pukul 4 sore di ruas Jalan Siliwangi yang terapit Jalan Cikuray dan Jalan Ciledug. Di tempat ini ada berbagai makanan khas Garut dan daerah lain mulai dari makanan ringan sampai makanan berat. Harganya terjangkau dibalut suasana nyaman. Puncak dari keramaian Pasar Ceplak adalah pada saat bulan Ramadhan, akhir pekan, dan hari libur.
##Sambel Cibiuk
Resep sambel cibiuk dibuat di Kecamatan Cibiuk mempunyai perbedaan dengan sambal-sambal lainnya karena dibuat dari bahan tomat hijau, serawung, cabe rawit serta bumbu lainnya. Keunikannya walaupun pedas tetapi tidak menimbulkan panas pada perut. Sambel Cibiuk sudah cukup terkenalnya dimana sekarang restoran dengan menu sambel Cibiuk sudah ada di berbagai kota besar khususnya Bandung dan Jakarta.
Awalnya sambal cibiuk hanya disajikan untuk tamu istimewa atau hanya dapat dinikmati oleh masyarakat Cibiuk dan para pejabat saja, tetapi sekarang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan. Rumah makan sambal Cibiuk yang ada saat ini di Kecamatan Cibiuk adalah keturunan-keturunan langsung dari pemegang resep sambal cibiuk yang khas. Cobalah cicipi dengan mendatangi tempat asalnya di di berbagai rumah makan di Garut Kota, Tarogong dan sekitarnya terutama di Jalan Otista dan Jalan Veteran.
##Burayot
Makanan ini terbuat dari gula merah dan tepung beras pilihan. Bahan dan rasanya sama dengan makanan khas daerah lainnya yaitu ali agrem tetapi dibuat bundar keriput atau "ngaburayot". Makanan ini banyak diproduksi di Leles karena bahannya mudah didapat dan rasanya legit.
##Angleng dan Aneka Wajit
Sebenarnya makanan ini sama dengan dodol garut yang diproduksi dari beras ketan dan gula merah. Perbedaanya adalah dodol diolah menjadi semacam karamel, sedangkan wajit tidak. Makanan ini diproduksi oleh masyarakat di Kecamatan Cihurip, Garut.
##Pindang Ikan
Seperti ikan pindang dari dearah lain namun ada yang berbeda cara pengolahannya dan itu membuat orang yang pernah merasakannya ketagihan. Penasaran? Datangilah tempat khususnya daerah Cikajang, Cisurupan, dan Cihideung.
##Ladu
Dibuat dari beras ketan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi hidangan yang khas serta rasanya berbeda dengan makanan lainnya. Pertama kali diperkenalkan oleh masyarakat Malangbong Garut.
##Ceprus
Temukan makanan ini di Garut Selatan. Ceprus adalah singkong bakar panas dicelupkan pada gula merah yang telah dipanaskan (kinca). Makanan ini tergolong langka karena hanya tersaji bila di sentra gula merah asli dari pohon kawung (aren).
##Kurupuk Kulit Khas Garut
Berkembang seiring banyaknya penyamakan kulit di Kabupaten Garut. Saat proses penyamakan ada bagian dari bahan baku kulit yang dibuang dan tidak diolah maka kemudian diproses menjadi kerupuk kulit. Kerupuk kulit dan dorokdok garut mempunyai citarasa yang sangat khas. Temukan produsennya yang tersebar di Garut Kota, Tarogong dan sekitarnya.
di Surakarta (Solo) & Sekitarnya
Hubungi : KOSTI TAKSI SOLO
Phone : 0271-856300, 0815-6780-7777, 0813-9090-2900
WhatsApp : 0822-6417-9700
Pengaduan : 0271-857858
Info Tarif Kosti Tujuan Luar Kota / Daerah
Info Tarif Khusus penjemputan dari Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Solo-Surakarta